سُوْرَةُ
الفَاتِحَةِ
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1)
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2)
الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ (3)
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)
اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ (7)
Terjemahan Surat al Fatihah
(1) Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(2) Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam.
(3) Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
(4) Yang menguasai di Hari Pembalasan.
(5) Hanya Engkaulah yang kami
sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
(6) Tunjukilah kami jalan yang
lurus,
(7)
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
فَاتِحَةُ
الْكِتَابِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
Pembuka Al Kitab (Al Qur'an)
يُقَالُ لَهَا: الْفَاتِحَةُ، أَيْ
فَاتِحَةُ الْكِتَابِ خَطًّا، وَبِهَا تُفْتَحُ الْقِرَاءَةُ فِي الصَّلَاةِ
وَيُقَالُ لَهَا أَيْضًا: أُمُّ الْكِتَابِ عِنْدَ الْجُمْهُورِ، وَكَرِهَ أَنَسٌ،
وَالْحَسَنُ وَابْنُ سِيرِينَ كَرِهَا تَسْمِيَتَهَا بِذَلِكَ، قَالَ الْحَسَنُ
وَابْنُ سِيرِينَ: إِنَّمَا ذَلِكَ اللَّوْحُ الْمَحْفُوظُ، وَقَالَ الْحَسَنُ:
الْآيَاتُ الْمُحْكَمَاتُ: هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ.
Surat ini
disebut dengan al Fatihah (pembuka) karena hanya membuka kitab Al Quran secara
tertulis saja, dengannya pula sebagai bacaan pembuka shalat. Surat ini disebut
juga dengan Ummul Kitab menurut pendapat jumhur. Sedangkan Anas dan al
Hasan dan Ibnu Sirin tidak menyukai dengan penamaan tersebut. Berkata al Hasan
dan Ibnu Sirin: “Sesungguhnya penamaan tersebut hanya untuk Lauhul Mahfudzh.
Berkata Al Hasan: Ummul Kitab itu adalah ayat-ayat al quran yang muhkamat.
وَلِذَا كَرِهَا -أَيْضًا -أَنْ
يُقَالَ لَهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَقَدْ ثَبَتَ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ عِنْدَ
التِّرْمِذِيِّ وَصَحَّحَهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ
وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ "
وَيُقَالُ لَهَا: الْحَمْدُ، وَيُقَالُ لَهَا: الصَّلَاةُ، لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ
عَنْ رَبِّهِ: " قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي
نِصْفَيْنِ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
قَالَ اللَّهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي " الْحَدِيثَ.
Dan tidak
disukai juga menamakan surat al Fatihah Ummul Quran. Padahal terdapat sebuah
hadits yang shohih yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, dari Abu Hurairah beliau
berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “{Alhamdulillah}
adalah ummul quran, ummul kitab, as sab’ul matsaniy (tujuh ayat yang d0baca
berulang-ulang) dan Al Quran yang mulia”. Atau dikatakan: alhamdulillah
atau ash sholat. Sebagaimana sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam dari Robbnya: “Aku telah membagi sholat untuk diriku dan untuk
hamba ku masing-masing setengah bagian. Maka jika seorang hamba berkata :{alhamdulillahi
rabbil 'alamin} maka Allah menjawab hamba -Ku telah memuji Ku”, Al
Hadist.
فَسُمِّيَتِ الْفَاتِحَةُ: صَلَاةً؛
لِأَنَّهَا شَرْطٌ فِيهَا. وَيُقَالُ لَهَا: الشِّفَاءُ؛ لِمَا رَوَاهُ
الدَّارِمِيُّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ مَرْفُوعًا: " فَاتِحَةُ الْكِتَابِ
شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ سُمٍّ ". وَيُقَالُ لَهَا: الرُّقْيَةُ؛ لِحَدِيثِ
أَبِي سَعِيدٍ فِي الصَّحِيحِ حِينَ رَقَى بِهَا الرَّجُلَ السَّلِيمَ، فَقَالَ
لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " وَمَا يُدْرِيكَ
أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ ". وَرَوَى الشَّعْبِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ
سَمَّاهَا: أَسَاسَ الْقُرْآنِ، قَالَ: فَأَسَاسُهَا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ، وَسَمَّاهَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ: الْوَاقِيَةُ.
Surat al
Fatihah juga dinamakan sebagai ash Sholat, dikarenakan surat Al Fatihah
termasuk syarat sah shalat. Al Fatihah dinamakan juga dengan asy Syifa
(penyembuh), sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ad Darimiy, dari Abu Sa'id secara
marfu’an: “Pembuka kitab (al quran) adalah penyembuh dari segala racun”.
Dinamakan juga sebagai Ar ruqyah. Sebagaimana dalam sebuah hadits dari Abu
Sa'id ketika dia meruqyah seorang pemuda yang terkena sengatan dengan Al
Fatihah, maka Rasulullah shalallahu alaihi sallam berkata kepadanya, “Dari
mana engkau mengetahui bahwasanya surat al fatihah itu ruqyah?”. Dan asy
Sya’bi meriwayatkan, dari Ibnu Abbas bahwasannya beliau menamainya dengan: Asasul
Qur’an (pokok dasar al Qur’an), beliau berkata: dan pokoknya adalah {bismillahir
rohmanir rohim}. Sufyan bin Uyainah juga menamainya dengan: Al Waqiyah.
وَسَمَّاهَا يَحْيَى بْنُ أَبِي
كَثِيرٍ: الْكَافِيَةُ؛ لِأَنَّهَا تَكْفِي عَمَّا عَدَاهَا وَلَا يَكْفِي مَا
سِوَاهَا عَنْهَا، كَمَا جَاءَ فِي بَعْضِ الْأَحَادِيثِ الْمُرْسَلَةِ: "
أُمُّ الْقُرْآنِ عِوَضٌ مِنْ غَيْرِهَا، وَلَيْسَ غَيْرُهَا عِوَضًا عَنْهَا
" . وَيُقَالُ لَهَا: سُورَةُ الصَّلَاةِ وَالْكَنْزِ ذَكَرَهُمَا
الزَّمَخْشَرِيُّ فِي كَشَّافِهِ.
Yahya bin Abi
Katsir menamainya dengan sebutan: al Kifayah. Dikarenakan surat Al Fatihah
(kandungan) sudah mencukupi surat selainnya, dan surat yang lainnya tidak ada
yang sama dengannya. Sebagaimana yang terdapat pada di sebagian hadits-hadits mursalah.
Ummul Qur’an adalah pengganti/pelengkap dari surat yang lainnya, dan
tidaklah surat yang lainnya tidak dapat sebagai pelengkap darinya.” Dan Az
Zamakhsyariy menyebutkan dengan: suratnya sholat dan harta karun yang
terpendam, beliau menyebutkan dalam kitabnya Al Kasysyaf.
وَهِيَ مَكِّيَّةٌ، قَالَهُ ابْنُ
عَبَّاسٍ وَقَتَادَةُ وَأَبُو الْعَالِيَةِ، وَقِيلَ مَدَنِيَّةٌ، قَالَهُ أَبُو
هُرَيْرَةَ وَمُجَاهِدٌ وَعَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ وَالزُّهْرِيُّ. وَيُقَالُ:
نَزَلَتْ مَرَّتَيْنِ: مَرَّةً بِمَكَّةَ، وَمَرَّةً بِالْمَدِينَةِ، وَالْأَوَّلُ
أَشْبَهُ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي}
[الْحِجْرِ: 87] ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ .
Surat Al
Fatihah tergolong surat Makkiyah (turun di kota Makkah). Yang berpendapat
demikian adalah Ibnu Abbas, Qotadah dan Abul Aliyah. Dan dikatakan juga bahwa
surat al Fatihah termasuk surat Madaniyah. Yang berpendapat demikian adalah Abu
Huroiroh, Mujahid, Atho’ bin Yasar dan Az Zuhriy. Ada juga yang berpendapat
surat ini turun dua kali, sekali di Makkah, dan sekali di Madinah. Pendapat
pertama menyamakan dengan firman Allah ta’ala: {Dan sesungguhnya Kami telah
berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang} (QS. Al Hijr: 87). Wa
allahu a’lam.
وَحَكَى أَبُو
اللَّيْثِ السَّمَرْقَنْدِيُّ أَنَّ نِصْفَهَا نَزَلَ بِمَكَّةَ وَنِصْفَهَا
الْآخَرَ نَزَلَ بِالْمَدِينَةِ، وَهُوَ غَرِيبٌ جِدًّا، نَقْلَهُ الْقُرْطُبِيُّ
عَنْهُ. وَهِيَ سَبْعُ آيَاتٍ بِلَا خِلَافٍ، وَقَالَ عَمْرُو بْنُ عُبَيْدٍ:
ثَمَانٌ، وَقَالَ حُسَيْنٌ الْجُعْفِيُّ: سِتَّةٌ وَهَذَانَ شَاذَّانِ .
وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوا فِي الْبَسْمَلَةِ: هَلْ هِيَ آيَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ مِنْ
أَوَّلِهَا كَمَا هُوَ عِنْدَ جُمْهُورِ قُرَّاءِ الْكُوفَةِ وَقَوْلُ
الْجَمَاعَةِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَخَلْقٌ مِنَ الْخَلَفِ، أَوْ
بَعْضُ آيَةٍ أَوْ لَا تُعَدُّ مِنْ أَوَّلِهَا بِالْكُلِّيَّةِ، كَمَا هُوَ
قَوْلُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مِنَ الْقُرَّاءِ وَالْفُقَهَاءِ؟ عَلَى ثَلَاثَةِ
أَقْوَالٍ، سَيَأْتِي تَقْرِيرُهُ فِي مَوْضِعِهِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى،
وَبِهِ الثقة.
Abul Laits as
Samarqondiy mengatakan bahwasannya setengah dari surat Al Fatihah turun di
Makkah, dan setengahnya lagi yang terakhir turun di Madinah. Ini pendapat yang
ganjil/aneh sekali, dan dinukil oleh Al Qurthubiy. Surat Al Fatihah ini terdiri
dari tujuh ayat dengan tanpa perbedaan pendapat. Berkata Amr bin Ubaid: Surat
ini terdiri dari delapan ayat. Dan berkata Husain Al Ju’fiy: Surat ini terdiri
dari enam ayat. Kedua pendapat ini menyeleweng dari yang lain. Karena ulama
hanya berselisih pada permasalahan basmalah. Apakah basmalah termasuk ayat
yang berdiri sendiri pada awal surat Al Fatihah, sebagaimana pendapat
mayoritas ahli qurro’ Kuffah dan sebagian besar dari kalangan sahabat, tabi’in
dan ulama kholaf. Atau apakah basmalah ini termasuk sebagian ayat atau bukan
sebagai ayat pertama pada surat Al Fatihah, sebagaimana yang dikatakan oleh
para ahli qurro’ dan fiqih kota Madinah? Mengenai hal ini terdapat tiga
pendapat, dan insya Allah pembahasannya ada pada kesempatan yang akan datang.
قَالُوا: وَكَلِمَاتُهَا خَمْسٌ
وَعِشْرُونَ كَلِمَةً، وَحُرُوفُهَا مِائَةٌ وَثَلَاثَةَ عَشَرَ حَرْفًا. قَالَ
الْبُخَارِيُّ فِي أَوَّلِ كتاب التفسير: وسميت أم الكتب، أنه يُبْدَأُ
بِكِتَابَتِهَا فِي الْمَصَاحِفِ، وَيُبْدَأُ بِقِرَاءَتِهَا فِي الصَّلَاةِ
وَقِيلَ: إِنَّمَا سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِرُجُوعِ مَعَانِي الْقُرْآنِ كُلِّهِ
إِلَى مَا تَضَمَّنَتْهُ.
Para ulama
mengatakan: surat al Fatihah terdiri dari 25 kata dan 113 huruf. Al Bukhari
mengatakan pada awal al kitab tafsirnya: Dan al Fatihah dinamakan sebagai ummul
kitab, karena al Fatihah ditulis pada permulaan al Quran dan dibaca sebagai
permulaan shalat. Ada juga berpendapat disebut demikian karena seluruh makna al
Quran kembali kepada apa yang dikandungnya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَالْعَرَبُ
تُسَمِّي كُلَّ جَامِعِ أَمْرٍ أَوْ مُقَدَّمٍ لِأَمْرٍ -إِذَا كَانَتْ لَهُ
تَوَابِعُ تَتْبَعُهُ هُوَ لَهَا إِمَامٌ جَامِعٌ -أُمًّا، فَتَقُولُ لِلْجِلْدَةِ
الَّتِي تَجْمَعُ الدِّمَاغَ، أُمُّ الرَّأْسِ، وَيُسَمُّونَ لِوَاءَ الْجَيْشِ
وَرَايَتَهُمُ الَّتِي يَجْتَمِعُونَ تَحْتَهَا أُمًّا.
Ibnu Jarir
mengatakan: orang arab menamai untuk semua yang mencakup atau pendahulu suatu
perkata –jika ia mempunyai pengikut yang mengikutinya, maka dia disebut
pimpinan perkumpulan- disebut dengan Umm. Seperti engkau menamai sebutan
untuk kulit yang meliputi otak dengan ummul ros. Mereka juga menamai
bendera dan panji tempat berkumpulnya pasukan dengan umm.
وَاسْتَشْهَدَ بِقَوْلِ ذِي
الرُّمَّةِ:
عَلَى رَأْسِهِ أُمٌّ لَنَا نَقْتَدِي
بِهَا ... جِمَاعُ أُمُورٍ لَيْسَ نَعْصِي لَهَا أَمْرَا
يَعْنِي: الرُّمْحُ. قَالَ:
وَسُمِّيَتْ مَكَّةُ: أُمَّ الْقُرَى لِتَقَدُّمِهَا أَمَامَ جَمِيعِهَا
وَجَمْعِهَا مَا سِوَاهَا، وَقِيلَ: لِأَنَّ الْأَرْضَ دُحِيَتْ مِنْهَا.
Bangsa arab
perpendapat dengan perkataaan Dzur Rummah:
Pada ujung
tombak itu terdapat lambang bagi kami,
Pondasi
segala perkara tak akan kami menghianatinya.
Maksudnya
adalah (ar rumha) tombak. Kota Makkah disebut juga dengan Ummul Quro,
dikarenakan ia terlebih dahulu atau sebagai penghulu kota-kota lain. Ada juga
yang mengatakan: dinamakan demikian karena sebagai pusat/poros bumi.
(bersambung, insya Allah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar