فائدة:
قال الشَّافِعِي رحمه الله: وقول أمين
يدل على أنه لا بأس أن يسأل العبد ربه في الصلاة كلها، في الدين والدنيا مع ما يدل
من السنن على ذلك. ولو قال مع آمين رب العالين وغير ذلك من ذكر اللَّه كان حسناً
لا يقطع الصلاة شيء من ذكر اللَّه.
Tambahan:
Telah berkata asy Syafi’i rahimahullah:
Dalam pengucapan Amiin, menunjukkan bahwasannya tidak mengapa seseorang hamba
itu meminta/berdoa kepada Robbnya ketika sedang sholat secara keseluruhan, baik
berdoa dalam perkara agama dan dunia. Dan bersamaan dengan itu, hal itu
menunjukkan bahwasannya tindakan demikian termasuk sunnah. Walaupun dia
mengatakan dengan aamiin robbul alamin atau yang selainnya dari
bentuk-bentuk berdzikir kepada Allah, perbuatan ini adalah baik dan tidaklah
sholat itu terputus dari seseuatu dikarenakan berdzikir kepada Allah.
وجاء في الأم (أيضاً) : باب (الجهر
بأمين)
قال الربيع: سألت الشَّافِعِي عن
الإمام إذا قال: (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) الآية،
هل يرفع صوته بآمين؛ قال: نعم، ويرفع بها من خلفه أصواتهم. فقلت: وما الحجة فيما
قلت من هذا؟
Dan telah datang dari kitab
al umm juga: pada Bab Menegeraskan bacaan Aamiin.
Berkata ar Robi’: aku
bertanya kepada asy Syafi’i tentang imam jika ia mengucapkan (Ghoiril maghdzubi
alaihim wa laadzhooliin), apakah dia harus mengeraskan suaranya dengan
aamiin? Dia menjawab: Ya, dia mengeraskan suaranya dan orang yang dibelakangnya
(makmum) dengan suaranya masing-masing. Kemudian aku bertanya: Apa
hujjahmu/landasan pada pendapatmu dalam permasalah ini?
فقال: أخبرنا مالك، عن ابن شهاب، عن ابن
المسيب، وأبي سلمة بن عبد الرحمن: أنهما أخبراه، عن أبي هريرة - رضي الله عنه -:
أن رسول اللَّه - صلى الله عليه وسلم - قال: "إذا أمن الإمام فأمِّنوا،
فإنه من وافق تأمينُه تأمين الملائكة غُفِر له ما تقدم من ذنبه" الحديث.
قال ابن شهاب: إن رسول الله - صلى الله
عليه وسلم - كان يقول: "أمين".
Maka dia menjawab: telah
mengabarkan kepada kami Malik, dari ibnu Syihab dan Abu Salamah bin
Abdirrohman, bahwasannya keduanya telah mengabarkan, dari Abu Huroiroh rodhiallahu
anhu: Bahwasannya rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ketika
imam (minta) di-amini maka amini-lah oleh kalian, karena sesungguhnya seseorang
yang mengucapkannya bertepatan (sesuai) dengan ucapan malaikat, maka akan
diampuni dosanya yang telah lalu.” al Hadits.
Berkata ibnu Syihab: Bahwasannya
dahulu nabi shalallahu alaihi wa sallam juga mengucapkan aamiin.
قال الشَّافِعِي: قول رسول الله - صلى
الله عليه وسلم -: "إذا أمن الإمام فأمِّنوا" الحديث، دلالة على
أنه أمر الإمام بأن يجهر بأمين؛ لأن من خلفه لا يعرف وقت تأمينه إلا بأن يسمع تأمينه،
- أي: تأمين الإمام -.
Berkata asy Syafi’i rahimahullah:
Ucapan rasulullah shalallahu alaihi wa sallam : “Ketika imam (minta)
di-amini maka amini-lah oleh kalian,” al Hadits, adalah dalil bahwasannya beliau
memerintahkan imam untuk mengeraskan bacaan amiin. Dikarenakan orang
yang dibelakangnnya tidak akan tahu waktu untuk mengucapkan amiin,
kecuali dengan mendengarkan dari amiin-nya (imam).
قال الشَّافِعِي: ولو لم يكن عندنا
وعندكم - أي: أهل العراق - علم إلا هذا الحديث الذي ذكرنا عن مالك، انبغى أن نستدل
بأن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - كان يجهر بأمين، وأنه أمر الإمام أن يجهر
بها، فكيف ولم يزل أهل العلم عليه.
Berkata asy Syafi’i rahimahullah:
Walaupun tidak sama ilmu pada sisi kami dengan kalian (penduduk Iraq), kecuali
hadits ini yang kami sebutkan dari Malik, yang pantas kami jadikan dalil
bahwasannya rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dahulu mengerasakan
bacaan amiin. Dan bahwasannya belia memerintahkan imam untuk
mengeraskannya juga. Maka bagaimana mungkin ahlul ilmi luput/salah darinya.
وروى وائل بن حُجر أنَّ رسول الله -
صلى الله عليه وسلم - كان يقول: "أمين" يجهر بها صوته، ويحكي مطهُ
إياها. وكان أبو هريرة - رضي الله عنه
- يقول للإمام: لا تسبقني بآمين، وكان يُؤذنَ له.
Wail bin Hujr meriwayatkan,
bahwasannya rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dahulu mengucapkan:
Amiin. Dengan beliau mengeraskan suaranya. Dia juga menceritakan: Dan dahulu
Abu Huroiroh rodhiallahu anhu mengatakan kepada imam: Janganlah kalian
mendahuluiku dengan amiin, karena (bacaan amiin) untuk
diperdengarkan.
قال الشَّافِعِي رحمه الله: أخبرنا
مسلم بن خالد، عن ابن جريج، عن عطاء قال: كنت أسمع الأئمة - ابن الزبير ومن بعده
رضي اللَّه عنهم - يقولون آمين، ومن خلفهم: آمين حتى إن للمسجد لَلَجَّة.
Berkata asy Syafi’i rahimahullah:
telah mengabarkan kepada kami Muslim bin Kholid, dari ibnu Juroij, dari Atho’
dia berkata: Dahulu aku mendengar para imam-imam (ibnu Zubair dan orang yang
setelahnya rodhiallahu anhum) bahwasannya mereka mengucapkan aamiin.
Dan orang yang dibelakangnya (makmum): aamiin sampai masjid terasa
gaduh.
مختصر المزني: باب (صفه الصلاة)
قال الشَّافِعِي رحمه الله:. . . فإذا
قال - الإمام -: (وَلَا الضآِلينَ) ، قال: "آمين"، فيرفع بها
صوته ليقتدي به من خلفه، لقول النبي - صلى الله عليه وسلم -: "إذا أمن
الإمام فأمِّنوا" الحديث.
وبالدلالة عن رسول الله - صلى الله عليه
وسلم - أنه بالجهر بها، وأمر الإمام الجهر بها، وليسمع من خلفه أنفسهم - أي: بقول
آمين -.
Dalam kitab Mukhtashor al
Muzaniy: Bab Shifat Sholat.
Berkata asy Syafi’i rahimahullah:
. . . . . jika imam membaca: (Wa laadzhooliin) dia juga membaca
aamiin. Dengan dia mengeraskan suaranya untuk diperdengarkan kepada orang yang
dibelakangnya. Berdasarkan sabda nabi shalallahu alaihi wa sallam: “Ketika
imam (minta) di-amini maka amini-lah oleh kalian,” al Hadits,
Hal ini sebagai dalil dari
rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bahwasannya beliau mengeraskannya
(amiin), dan memerintakan imam untuk mengeraskan bacaannya juga. Karena untuk
diikuti orang yang dibelakangnya masing-masing dengan mengucapkan aamiin.
(selesai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar