Tafsir Surat al Falaq ayat 2-3
وَقَوْلُهُ: {مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ}
أَيْ: مِنْ شَرِّ جَمِيعِ الْمَخْلُوقَاتِ. وَقَالَ ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ،
وَالْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ: جَهَنَّمُ وَإِبْلِيسُ وَذُرِّيَّتُهُ مِمَّا خَلَقَ.
Pada firman
Allah ta’ala: “{Dari kejahatan makhluq-Nya}, maksudnya adalah dari
kejelekan/kejahatan seluruh makhluq-Nya. Berkata Tsabit Al Bunaniy dan Al Hasan
Al Bashriy: maksudnya adalah dari neraka jahannam, iblis dan makhluq-makhluq
yang Allah ciptakan.
{وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ}
قَالَ مُجَاهِدٌ: غاسقُ الليلُ إِذَا وقبَ غُروبُ الشَّمْسِ. حَكَاهُ
الْبُخَارِيُّ عَنْهُ. وَرَوَاهُ ابْنُ أَبِي نَجِيح، عَنْهُ. وَكَذَا قَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ كَعْبٍ الْقُرَظِيُّ، وَالضَّحَّاكُ، وخُصَيف،
وَالْحُسْنُ، وقتادة: إنه الليل إذا أقبل بظلامه.
{Dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita}, berkata Mujahid: kejahatan
malam apabila telah gelap gulita ketika terbenamnya matahari. Demikianlah yang
dihikayatkan oleh Al Bukhoriy dan diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Najih.
Berkata Ibnu Abbas, Muhammad bin Ka’ab Al Qurodzhi, Adzh Dzhohak, Khushofi, Al
Hasan dan Qotadah: “Bahwasannya terjadi malam ketika hari mulai gelap.”
وَقَالَ الزُّهْرِيُّ: {وَمِنْ
شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ} الشَّمْسُ إِذَا غَرَبَتْ. وَعَنْ عَطِيَّةَ
وَقَتَادَةَ: إِذَا وَقَبَ اللَّيْلُ: إِذَا ذَهَبَ. وَقَالَ أَبُو الْمُهَزِّمِ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: {وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ} كَوْكَبٍ.
وَقَالَ ابْنُ زَيْدٍ: كَانَتِ الْعَرَبُ تَقُولُ: الْغَاسِقُ سُقُوطُ
الثُّرَيَّا، وَكَانَ الْأَسْقَامُ وَالطَّوَاعِينُ تَكْثُرُ عِنْدَ وُقُوعِهَا،
وَتَرْتَفِعُ عِنْدَ طُلُوعِهَا.
Berkata berkata Az Zuhri: {Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita}
yaitu ketika matahari tenggelam. Dari Athiyah dan Qotadah: “Jika telah datang
malam hari , jika matahari terbenam. Berkata Abu Muhazzim dari Abu Hurairah: {Dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita} yaitu telah terbit bintang
bintang. Berkata Ibnu Zaid berkata yaitu apabila nampak kejelekan, dikatakan
kejahatan muncul apabila telah muncul bintang tsuroya dan wabah penyakit
biasanya muncul ketika malam hari dan pergi ketika siang hari.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَلِهَؤُلَاءِ
مِنَ الْأَثَرِ مَا حَدَّثَنِي: نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنِي بَكَّارُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ -ابْنُ أَخِي هَمَّامٍ -حَدَّثَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
الْعَزِيزِ بْنِ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " {وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ} قَالَ: النَّجْمُ
الْغَاسِقُ".
Berkata Ibnu Jarir: Dan mereka yang mempunyai atsar dari apa-apa yang telah
mengabarkan kepada saya, Nashr bin Ali, telah meriwayatkan kepada saya, Bakkar
bin Abdillah -anak laki laki dari saudaranya Hammam-, telah mengabarkan kepada
kami Muhammad bin Abdul Aziz bin Umar bin Abdurrahman bin Auf, dari bapaknya
dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi -shallallahu alaihi wasallam-
bersabda {Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita} maknanya bintang.
قُلْتُ: وَهَذَا الْحَدِيثُ لَا
يَصِحُّ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Aku katakan (Ibnu Katsir): hadits ini tidaklah shohih yang sampai bersambung
kepada nabi -shallallahu alaihi wasallam-.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَقَالَ
آخَرُونَ: هُوَ الْقَمَرُ.
Berkata Ibnu Jarir: dan berkata sebagian yang lain: maknanya adalah bulan.
قُلْتُ: وَعُمْدَةُ أَصْحَابِ هَذَا
الْقَوْلِ مَا رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الحَفري،
عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: قَالَتْ
عَائِشَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي، فَأَرَانِي الْقَمَرَ حِينَ يَطْلُعُ، وَقَالَ:
"تَعوَّذِي بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الْغَاسِقِ إِذَا وَقَبَ".
Aku katakan (Ibnu Katsir): landasan bagi pihak yang memilih pendapat ini adalah
sebuha riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: telah mengabarkan kepada kami
Abu Dawud Al Hafriy, dari Ibnu Abi Di’bin, dari Harits, dari Abu Salamah
berkata: telah berkata Aisyah -semoga allah meridhoinya- Rosululloh sholallohu
alaihi wasallam pernah memegang tanganku dan memperlihatkan bulan kepadaku pada
saat terbit dan beliau bersabda: “Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan
bulan ketika terbenam.”
وَرَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
وَالنَّسَائِيُّ، فِي كِتَابَيِ التَّفْسِيرِ مِنْ سُنَنَيْهِمَا، مِنْ حَدِيثِ
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ خَالِهِ الْحَارِثِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، بِهِ. وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَسَنٌ صَحِيحٌ.
وَلَفَظُهُ: "تَعَوَّذِي بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَذَا، فَإِنَّ هَذَا
الْغَاسِقُ إِذَا وَقَبَ". وَلَفَظُ النَّسَائِيِّ: "تعوَّذي
بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَذَا، هَذَا الْغَاسِقُ إِذَا وَقَبَ".
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan An Nasa'i di dalam kedua kitab tafsirnya dari
kitab sunan milik keduanya dari hadits Muhammad bin Abdirrahman bin Abi
Dzi’bin, dari pamannya Harits bin Abdurrahman. Berkata At Tirmidzi mengatakan
hadis ini adalah hasan shohih. Dan lafadznya adalah: “Berlindunglah kepada
Allah dari kejahatan ini (bulan), dan sungguh ketika bulan terbenam.” Dan
lafadznya an Nasa’i: “Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan ini (bulan)
yakni ketika bulan terbenam.”
قَالَ أَصْحَابُ الْقَوْلِ الْأَوَّلِ
وَهُوَ أَنَّهُ اللَّيْلُ إِذَا وَلَجَ -: هَذَا لَا يُنَافِي قَوْلَنَا؛ لِأَنَّ
الْقَمَرَ آيةُ اللَّيْلِ، وَلَا يُوجَدُ لَهُ سُلْطَانٌ إِلَّا فِيهِ، وَكَذَلِكَ
النُّجُومُ لَا تُضِيءُ، إِلَّا فِي اللَّيْلِ، فَهُوَ يَرْجِعُ إِلَى مَا
قُلْنَاهُ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Berkata pihak yang berpendapat pendapat yang pertama, bahwa maknanya adalah
malam ketika masuk, maka pendapat ini tidaklah menolak pendapat kami. Karena
bulan adalah tanda ketika malam telah tiba. Dan tidaklah didapati kesalahan
padanya, sebagaimana juga bintang-bintang yang terdapat (kelihatan) ketika
malam hari. Maka pendapat ini sama dengan pendapat kita. Waallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar