Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 27
{أَأَنْتُمْ} بِتَحْقِيقِ
الْهَمْزَتَيْنِ وَإِبْدَال الثَّانِيَة أَلِفًا وَتَسْهِيلهَا وَإِدْخَال ألف بين
المسهلة والأخرى وتركه أي مُنْكِرُو الْبَعْث {أَشَدّ خَلْقًا أَمْ السَّمَاء}
أَشَدّ خَلْقًا {بَنَاهَا} بَيَان لِكَيْفِيَّةِ خَلْقهَا
027. (Apakah kalian) hai
orang-orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit; lafal ayat ini dapat
dibaca Tahqiq dan Tas-hil (yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit?)
yang lebih rumit penciptaannya. (Allah telah membinanya) lafal ayat ini
menjelaskan tentang cara penciptaan langit.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat
28
{رَفَعَ سَمْكهَا} تَفْسِير
لِكَيْفِيَّةِ الْبِنَاء أَيْ جَعَلَ سَمْتهَا فِي جِهَة الْعُلُوّ رَفِيعًا
وَقِيلَ سَمْكهَا سَقْفهَا {فَسَوَّاهَا} جَعَلَهَا مُسْتَوِيَة بِلَا
عَيْب
028. (Dia meninggikan
bangunannya) ayat ini menafsirkan pengertian yang terkandung di dalam lafal
Banaahaa; artinya, Dia menjadikan bangunannya berada di atas, maksudnya, dalam
ketinggian yang sangat. Tetapi menurut pendapat lain dikatakan, bahwa yang
dimaksud dengan Samkahaa adalah atapnya (lalu menyempurnakannya) yakni,
Dia menjadikannya dengan sempurna tanpa cacat.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 29
{وَأَغْطَشَ لَيْلهَا} أَظْلَمَهُ {وَأَخْرَجَ
ضُحَاهَا} أَبْرَزَ نُور شَمْسهَا وَأُضِيفَ إِلَيْهَا اللَّيْل لِأَنَّهُ
ظِلّهَا وَالشَّمْس لأنها سراجها
029. (Dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita) membuatnya gelap (dan menjadikan
siangnya terang benderang) Dia menampakkan cahaya matahari. Di dalam
ungkapan ini lafal Al-Lail atau malam hari dimudhafkan kepada As-Samaa', karena
malam hari merupakan kegelapan baginya. Dan dimudhafkan pula kepada matahari,
karena matahari merupakan cahaya baginya.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 30
{وَالْأَرْض بَعْد ذَلِكَ دَحَاهَا}
بَسَطَهَا وَكَانَتْ مَخْلُوقَة قَبْل السَّمَاء مِنْ غَيْر دَحْو
030. (Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya) yakni dijadikan-Nya dalam bentuk terhampar, sebenarnya
penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit, tetapi masih belum terhamparkan.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 31
{أَخْرَجَ} حَال بِإِضْمَارِ قَدْ
أَيْ مُخْرِجًا {مِنْهَا مَاءَهَا} بِتَفْجِيرِ عُيُونهَا {وَمَرْعَاهَا}
مَا تَرْعَاهُ النَّعَم مِنْ الشَّجَر وَالْعُشْب وَمَا يَأْكُلهُ النَّاس مِنْ
الْأَقْوَات وَالثِّمَار وَإِطْلَاق الْمَرْعَى عَلَيْهِ اِسْتِعَارَة
031. (Ia memancarkan)
berkedudukan menjadi Haal dengan memperkirakan adanya lafal Qad sebelumnya;
artinya Ia mengeluarkan (daripadanya mata air) yakni dengan mengalirkan
air dari sumber-sumbernya (dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya) yakni,
pohon-pohon dan rumput-rumputan yang menjadi makanan ternak, dan demikian pula
tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan pokok manusia, serta buah-buahannya.
Dikaitkannya istilah Al-Mar'aa kepada bumi hanyalah merupakan ungkapan
Isti'arah,
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 32
{وَالْجِبَال أَرْسَاهَا} أَثْبَتَهَا
عَلَى وَجْه الْأَرْض لِتَسْكُن
032. (Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh) yakni dipancangkan di atas bumi supaya bumi
stabil dan tidak berguncang.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 33
{مَتَاعًا} مَفْعُول لَهُ لِمُقَدَّرٍ
أَيْ فَعَلَ ذَلِكَ مُتْعَة أَوْ مَصْدَر أَيْ تَمْتِيعًا {لَكُمْ
وَلِأَنْعَامِكُمْ} جَمْع نَعَم وَهِيَ الْإِبِل وَالْبَقَر وَالْغَنَم
033. (Untuk kesenangan)
lafal Mataa'an berkedudukan menjadi Maf'ul Lah bagi lafal yang tidak
disebutkan, lengkapnya, Dia melakukan hal tersebut untuk kesenangan. Atau lafal
Mataa'an ini dianggap sebagai Mashdar, artinya memberikan kesenangan (buat
kalian dan buat binatang-binatang ternak kalian) lafal An'aam ini adalah
jamak dari lafal Na'amun artinya binatang ternak mencakup unta, sapi, dan
kambing.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 34
{فَإِذَا جَاءَتْ الطَّامَّة الْكُبْرَى}
النَّفْخَة الثَّانِيَة
034. (Maka apabila malapetaka
yang sangat besar telah datang) yaitu tiupan sangkakala malaikat Israfil
yang kedua.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 35
{يَوْم يَتَذَكَّر الْإِنْسَان} بَدَل
مِنْ إِذَا {مَا سَعَى} فِي الدُّنْيَا مِنْ خَيْر وَشَرّ
035. (Pada hari
ketika manusia teringat) lafal Yauma berkedudukan menjadi Badal daripada
lafal Idzaa (akan apa yang telah dikerjakannya) sewaktu ia masih di
dunia, apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 36
{وَبُرِّزَتْ} أُظْهِرَتْ {الْجَحِيم}
النَّار الْمُحْرِقَة {لِمَنْ يَرَى} لِكُلِّ رَاءٍ وَجَوَاب إِذَا
036. (Dan diperlihatkan dengan
jelas) ditampakkan dengan seterang-terangnya (neraka) yakni neraka Jahim
yang membakar itu (kepada setiap orang yang melihat) kepada setiap orang yang
melihatnya. Jawab dari lafal Idzaa ialah:
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 37
{فَأَمَّا مَنْ طَغَى} كَفَرَ
037. (Adapun orang yang
melampaui batas) yakni orang kafir.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 38
{وَآثَرَ الْحَيَاة الدُّنْيَا}
بِاتِّبَاعِ الشَّهَوَات
038. (Dan lebih mengutamakan
kehidupan dunia) dengan cara selalu mengikuti kemauan hawa nafsunya.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat
39
{فَإِنَّ الْجَحِيم هِيَ الْمَأْوَى}
مَأْوَاهُ
039. (Maka sesungguhnya
nerakalah tempat tinggal) bagi dia.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 40
{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَام رَبّه}
قِيَامه بَيْن يَدَيْهِ {وَنَهَى النَّفْس} الْأَمَّارَة {عَنْ الْهَوَى}
الْمُرْدِي باتباع الشهوات
040. (Dan adapun orang yang
takut kepada kebesaran Rabbnya) di kala ia berdiri di hadapan-Nya (dan
menahan diri) menahan nafsu amarahnya (dari keinginan hawa nafsunya)
yang menjerumuskan ke dalam kebinasaan disebabkan memperturutkan kemauannya.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 41
{فَإِنَّ الْجَنَّة هِيَ الْمَأْوَى}
وَحَاصِل الْجَوَاب فَالْعَاصِي فِي النَّار وَالْمُطِيع فِي الْجَنَّة
041. (Maka sesungguhnya
surgalah tempat tinggalnya) kesimpulan makna yang terkandung di dalam Jawab
syarat ini ialah, bahwasanya orang yang durhaka akan dimasukkan ke dalam
neraka, dan orang yang taat akan dimasukkan ke dalam surga.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 42
{يَسْأَلُونَك} أَيْ كُفَّار مَكَّة {عَنْ
السَّاعَة أَيَّانَ مُرْسَاهَا} مَتَى وُقُوعهَا وَقِيَامهَا
042. (Mereka bertanya kepadamu)
yakni orang-orang kafir Mekah itu (tentang hari kiamat, kapan terjadinya)
kapankah saat terjadinya.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 43
{فِيمَ} فِي أَيّ شَيْء {أَنْتَ
مِنْ ذِكْرَاهَا} أَيْ لَيسَ عِنْدك عِلْمهَا حَتَّى تَذْكُرهَا
043. (Tentang apakah) atau
mengenai apakah (hingga kamu dapat menyebutkan waktunya?) maksudnya,
kamu tidak memiliki ilmu mengenai kejadiannya sehingga kamu dapat menyebutkan
waktunya.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 44
{إِلَى رَبّك مُنْتَهَاهَا} مُنْتَهَى
عِلْمهَا لَا يَعْلَمهُ غيره
044. (Kepada Rabbmulah
dikembalikan kesudahannya) yaitu mengenai ketentuan waktunya, tiada
seseorang pun yang mengetahuinya selain Dia.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat 45
{إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِر} إِنَّمَا
يَنْفَع إِنْذَارك {مَنْ يخشاها} يخافها
045. (Kamu hanyalah pemberi
peringatan), maksudnya sesungguhnya peringatanmu itu hanyalah bermanfaat (bagi
siapa yang takut kepadanya) yakni takut kepada hari kiamat.
--------------------
Tafsir Surat an-Naazi’aat ayat
46
{كَأَنَّهُمْ يَوْم يَرَوْنَهَا لَمْ
يَلْبَثُوا} فِي قُبُورهمْ {إِلَّا عَشِيَّة أَوْ ضُحَاهَا} عَشِيَّة
يَوْم أَوْ بُكْرَته وَصَحَّ إِضَافَة الضُّحَى إِلَى الْعَشِيَّة لِمَا بَيْنهمَا
مِنْ الْمُلَابَسَة إِذْ هُمَا طَرَفَا النَّهَار وحسن الإضافة وقوع الكلمة فاصلة
046. (Pada hari mereka melihat
hari itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal) di dalam kubur mereka (melainkan
sebentar saja di waktu sore atau pagi hari) artinya, pada suatu sore hari
atau pada suatu pagi hari. Di sini dianggap sah mengidhafahkan lafal Adh-Dhuhaa
kepada lafal Al-'Asyiyyah, disebabkan di antara keduanya terdapat kaitan yang
amat erat, sebab kedua-duanya merupakan permulaan dan penghujung suatu hari,
dan Idhafah di sini dianggap baik karena kedua kalimatnya terpisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar