Tafsir Surat al-Jin
ayat 15
{وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا
لِجَهَنَّم حَطَبًا} وَقُودًا وَأَنَّا وَأَنَّهُمْ وَأَنَّهُ فِي اثْنَيْ
عَشَر مَوْضِعًا هِيَ وَأَنَّهُ تَعَالَى وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمَا
بَيْنهمَا بِكَسْرِ الْهَمْزَة اسْتِئْنَافًا وَبِفَتْحِهَا بِمَا يُوَجِّه بِهِ
015. (Adapun orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka
Jahanam.") atau sebagai bahan bakarnya. Dhamir anna dan annahum serta
annahu yang terdapat pada dua belas tempat kembali kepada jin. Dan firman-Nya,
"Wa innaa minnal muslimuuna wa minnal qaasithuuna," dibaca kasrah
huruf hamzahnya, yaitu innaa berarti merupakan jumlah isti'naf atau kalimat
baru. Jika dibaca fathah yaitu menjadi anna berarti kedudukannya disamakan
dengan kalimat-kalimat sebelumnya.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 16
قال
تعالى في كفار مكة {وَإِنْ} مُخَفَّفَة مِنْ الثَّقِيلَة وَاسْمهَا
مَحْذُوف أَيْ وَأَنَّهُمْ وَهُوَ مَعْطُوف عَلَى أَنَّهُ اسْتَمَعَ {لَوْ
اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَة} أَيْ طَرِيقَة الْإِسْلَام {لَأَسْقَيْنَاهُمْ
ماء غدقا} كثيرا من السماء وذلك بعد ما رُفِعَ الْمَطَر عَنْهُمْ سَبْع
سِنِينَ
016. Allah swt. berfirman
mengenai orang-orang kafir Mekah: (Dan bahwasanya) mereka; adalah bentuk
takhfif dari anna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, yakni annahum, artinya,
bahwasanya mereka; diathafkan kepada lafal annahus tama`a (jika mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu) yaitu agama Islam (benar-benar Kami
akan memberi minum kepada mereka air yang banyak) dari langit. Demikian itu
setelah hujan dihentikan dari mereka selama tujuh tahun.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 17
{لِنَفْتِنهُمْ} لِنَخْتَبِرهُمْ {فِيهِ}
فَنَعْلَم كَيْفَ شُكْرهمْ عِلْم ظُهُور {وَمَنْ يُعْرِض عَنْ ذِكْر رَبّه}
الْقُرْآن {نسلكه} بِالنُّونِ وَالْيَاء نُدْخِلهُ {عَذَابًا صَعَدًا}
شَاقًّا
017. (Untuk Kami beri cobaan
kepada mereka) untuk Kami uji mereka (dengan melaluinya) hingga Kami
mengetahui bagaimana kesyukuran mereka, dengan pengetahuan yang nyata. (Dan
barang siapa yang berpaling dari peringatan Rabbnya) yakni Alquran (niscaya
Kami akan memasukkannya) (ke dalam azab yang amat berat.)
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 18
{وَأَنَّ الْمَسَاجِد} مَوَاضِع
الصَّلَاة {لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوَا} فِيهَا {مَعَ اللَّه أَحَدًا}
بِأَنْ تُشْرِكُوا كَمَا كَانَتْ الْيَهُود وَالنَّصَارَى إذَا دَخَلُوا
كَنَائِسهمْ وَبِيعَهُمْ أشركوا
018. (Dan sesungguhnya
mesjid-mesjid itu) atau tempat-tempat salat itu (adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kalian menyembah) di dalamnya (seseorang pun di samping
Allah) seumpamanya kalian berbuat kemusyrikan di dalamnya, sebagaimana yang
telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, yaitu apabila
mereka memasuki gereja dan sinagog mereka, maka mereka menyekutukan-Nya.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 19
{وَأَنَّهُ} بِالْفَتْحِ وَالْكَسْر
اسْتِئْنَافًا وَالضَّمِير لِلشَّأْنِ {لَمَّا قَامَ عَبْد اللَّه}
مُحَمَّد النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {يَدْعُوهُ}
يَعْبُدهُ بِبَطْنِ نَخْل {كَادُوا} أَيْ الْجِنّ الْمُسْتَمِعُونَ
لِقِرَاءَتِهِ {يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا} بِكَسْرِ اللَّام وَضَمّهَا
جَمْع لُبْدَة كَاللُّبَدِ فِي رُكُوب بَعْضهمْ بَعْضًا ازْدِحَامًا حِرْصًا عَلَى
سَمَاع القرآن
019. (Dan bahwasanya)
dapat dibaca annahu dan innahu; juga merupakan kalimat baru, sedangkan dhamir
yang ada ialah dhamir sya'n (tatkala hamba Allah berdiri) yakni Nabi
Muhammad saw. (menyembah-Nya) beribadah kepada-Nya di lembah Nakhl (hampir
saja mereka) yakni jin-jin yang mendengarkan bacaan Alquran itu (desak-mendesak
mengerumuninya) yaitu sebagian di antara mereka menindih sebagian yang lain
berjejal-jejal karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan
Alquran. Lafal libadan dapat pula dibaca lubadan; dan merupakan bentuk jamak
dari lubdatun.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 20
{قَالَ} مُجِيبًا لِلْكُفَّارِ فِي
قَوْلهمْ ارْجِعْ عَمَّا أَنْتَ فِيهِ وَفِي قِرَاءَة قُلْ {إنَّمَا أَدْعُو
ربي} إلها {ولا أشرك به أحدا}
020. (Berkatalah dia) Nabi
Muhammad berkata sebagai jawabannya terhadap orang-orang kafir yang mengatakan
kepadanya, kembalilah kamu dari apa yang kamu lakukan sekarang ini. Akan tetapi
menurut qiraat yang lain lafal qaala dibaca qul, artinya katakanlah: ("Sesungguhnya
aku hanya menyembah Rabbku) sebagai Tuhanku (dan aku tidak
mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.")
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 21
{قُلْ إنِّي لَا أَمْلِك لَكُمْ ضَرًّا}
غَيًّا {وَلَا رَشَدًا} خَيْرًا
021. (Katakanlah,
"Sesungguhnya aku tidak kuasa untuk mendatangkan sesuatu kemudaratan pun
kepada kalian) atau keburukan (dan tidak pula sesuatu kemanfaatan.")
Atau kebaikan.
--------------------
Tafsir
Surat al-Jin ayat 22
{قُلْ إنِّي لَنْ يُجِيرنِي مِنْ اللَّه}
مِنْ عَذَابه إنْ عَصَيْته {أَحَد وَلَنْ أَجِد مِنْ دُونه} أَيْ غَيْره {مُلْتَحَدًا}
مُلْتَجَأ
022. (Katakanlah,
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada yang dapat melindungiku dari Allah)
dari azab-Nya jika aku mendurhakai-Nya (seseorang pun, dan sekali-kali aku
tiada akan memperoleh selain dari-Nya) atau selain-Nya (tempat untuk
berlindung) maksudnya, tempat aku berlindung.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 23
{إلَّا بَلَاغًا} اسْتِثْنَاء مِنْ
مَفْعُول أَمْلِك أَيْ لَا أَمْلِك لَكُمْ إلَّا الْبَلَاغ إلَيْكُمْ {مِنْ
اللَّه} أَيْ عَنْهُ {وَرِسَالَاته} عَطْف عَلَى بَلَاغًا وَمَا بَيْن
الْمُسْتَثْنَى مِنْهُ وَالِاسْتِثْنَاء اعْتِرَاض لِتَأْكِيدِ نَفْي
الِاسْتِطَاعَة {وَمَنْ يَعْصِ اللَّه وَرَسُوله} فِي التوحد فَلَمْ
يُؤْمِن {فَإِنَّ لَهُ نَار جَهَنَّم خَالِدِينَ} حال من ضمير من في له
رِعَايَة فِي مَعْنَاهَا وَهِيَ حَال مُقَدَّرَة وَالْمَعْنَى يدخلونها مقدار
خلودهم {فيها أبدا}
023. (Akan tetapi, aku hanya,
menyampaikan peringatan) makna yang dikandung dalam lafal ini merupakan
pengecualian atau istitsna dari maf'ul atau objek yang terdapat di dalam lafal
amliku. Yakni aku tiada memiliki bagi kalian selain hanya menyampaikan
peringatan (dari Allah) yang aku terima dari-Nya (dan risalah-Nya)
lafal ini diathafkan kepada lafal balaaghan dan lafal-lafal yang terdapat di
antara mustatsna minhu dan istitsna merupakan jumlah mu`taridhah atau kalimat
sisipan yang berfungsi untuk mengukuhkan makna tiada memiliki. (Dan barang
siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya) dalam hal ketauhidan, lalu ia
tidak beriman (maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam, mereka kekal)
lafal khaalidiina adalah hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir man.
Sehubungan dengan lafal lahuu dhamir yang ada padanya adalah untuk menyesuaikan
maknanya dengan lafal man. Lafal khaalidiina ini merupakan hal dari lafal yang
tidak disebutkan, lengkapnya mereka memasukinya dalam keadaan pasti kekal (di
dalamnya untuk selama-lamanya.)
--------------------
Tafsir
Surat al-Jin ayat 24
{حَتَّى إذَا رَأَوْا} ابْتِدَائِيَّة
فِيهَا مَعْنَى الْغَايَة لِمُقَدَّرٍ قَبْلهَا أَيْ لَا يَزَالُونَ عَلَى
كُفْرهمْ إلَى أَنْ يَرَوْا {مَا يُوعَدُونَ} بِهِ مِنْ الْعَذَاب {فَسَيَعْلَمُونَ}
عِنْد حُلُوله بِهِمْ يَوْم بَدْر أَوْ يَوْم الْقِيَامَة {مَنْ أَضْعَف
نَاصِرًا وَأَقَلّ عَدَدًا} أَعْوَانًا أَهُمْ أَمْ الْمُؤْمِنُونَ عَلَى
الْقَوْل الْأَوَّل أَوْ أَنَا أَمْ هُمْ عَلَى الثَّانِي فقال بعضهم متى هذا
الوعد فنزل
024. (Sehingga
apabila mereka melihat) lafal hattaa di sini mengandung makna ibtidaiyah
atau permulaan, dan sekaligus mengandung makna ghayah atau tujuan terakhir dari
lafal yang diperkirakan sebelumnya; lengkapnya, mereka masih tetap berada di
dalam kekafirannya sehingga mereka melihat (apa yang diancamkan kepada
mereka) yaitu azab (maka mereka akan mengetahui) manakala azab itu
datang menimpa mereka, yaitu dalam perang Badar atau pada hari kiamat nanti (siapakah
yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.")
maksudnya pembantu-pembantunya, apakah mereka ataukah orang-orang mukmin;
penafsiran ini menurut pendapat yang pertama, yaitu dalam perang Badar. Aku
ataukah mereka; penafsiran ini berdasarkan pendapat yang kedua, yaitu pada hari
kiamat nanti. Sebagian di antara mereka, atau di antara orang-orang kafir itu
ada yang bertanya, kapankah datangnya ancaman yang dijanjikan itu? Kemudian
turunlah firman selanjutnya, yaitu:
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 25
{قُلْ إنْ} أَيْ مَا {أَدْرِي
أَقَرِيب مَا تُوعَدُونَ} مِنْ الْعَذَاب {أَمْ يَجْعَل لَهُ رَبِّي
أَمَدًا} غَايَة وَأَجَلًا لَا يَعْلَمهُ إلَّا هُوَ
025. (Katakanlah,
"Tiadalah) tidaklah (aku mengetahui apa yang diancamkan kepada
kalian itu dekat) artinya, apakah azab itu dekat (ataukah Rabbku
menjadikan bagi kedatangannya masa yang panjang?) Yang tidak diketahui oleh
siapa pun kecuali hanya Dia.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 26
{عَالِم الْغَيْب} مَا غَابَ عَنْ
الْعِبَاد {فَلَا يُظْهِر} يُطْلِع {عَلَى غَيْبه أَحَدًا} مِنْ
النَّاس
026. (Dia adalah Tuhan Yang
Mengetahui yang gaib) mengetahui semua hal yang gaib di mata
hamba-hamba-Nya (maka Dia tidak memperlihatkan) tidak menampakkan (kepada
seorang pun tentang yang gaib itu) di antara manusia ini.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 27
{إلَّا مَنْ ارْتَضَى مِنْ رَسُول
فَإِنَّهُ} مَعَ إطْلَاعه عَلَى مَا شَاءَ مِنْهُ مُعْجِزَة لَهُ {يَسْلُك}
يَجْعَل وَيَسِير {مِنْ بَيْن يَدَيْهِ} أَيْ الرَّسُول {وَمِنْ خَلْفه
رَصَدًا} مَلَائِكَة يَحْفَظُونَهُ حَتَّى يُبَلِّغهُ فِي جُمْلَة الْوَحْي
027. (Kecuali kepada rasul
yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia) di samping Dia memperhatikan hal
yang gaib kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya sebagai
mukjizat bagi rasul itu (mengadakan) menjadikan dan memberlakukan (di
muka) rasul itu (dan di belakangnya penjaga-penjaga) yang terdiri
dari malaikat-malaikat untuk menjaganya, hingga rasul itu dapat menyampaikan
hal tersebut, di antara sejumlah wahyu-wahyu-Nya kepada manusia.
--------------------
Tafsir Surat al-Jin
ayat 28
{لِيَعْلَم} اللَّه عِلْم ظُهُور {أَنْ}
مُخَفَّفَة مِنْ الثَّقِيلَة أَيْ أَنَّهُ {قَدْ أُبْلِغُوا} أَيْ الرُّسُل
{رِسَالَات رَبّهمْ} رُوعِيَ بِجَمْعِ الضَّمِير مَعْنَى مِنْ {وَأَحَاطَ
بِمَا لَدَيْهِمْ} عَطْف
عَلَى مُقَدَّر أَيْ فَعَلِمَ ذَلِكَ {وَأَحْصَى كُلّ شَيْء عَدَدًا}
تَمْيِيز وَهُوَ مُحَوَّل مِنْ الْمَفْعُول وَالْأَصْل أَحْصَى عَدَد كُلّ شَيْء
028. (Supaya Dia mengetahui)
yakni supaya Allah menampakkan (bahwa) adalah bentuk takhfif dari anna.
(sesungguhnya mereka itu telah menyampaikan) yakni rasul-rasul itu (risalah-risalah
Rabbnya) di sini dipakai dhamir hum karena memandang segi makna yang
terkandung di dalam lafal man (sedangkan, sebenarnya, ilmu-Nya meliputi apa
yang ada pada mereka) diathafkan kepada lafal yang tidak disebutkan,
lengkapnya ilmu mengenai hal tersebut telah diliputi oleh ilmu-Nya (dan Dia
menghitung segala sesuatu satu per satu.") lafal `adadan adalah tamyiz
yang mengganti kedudukan maf`ulnya, asalnya ialah "ahshaa `adada kulli
syai'in," yakni Dia telah menghitung bilangan segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar